Minggu, 29 April 2012

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


MODEL - MODEL PEMBELAJARAN

A. Model Think Pair Share (TPS)

     Model TPS atau berfikir, berpasangan, berbagi merupakan model struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Frang Lyman diacu dalam Irawati (2009), menyatakan bahwa model pembelajaran TPS merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan.
Kelebihannya adalah dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.

Menurut Trianto (2007) sintaks dalam pembelajaran TPS, yaitu:

a. Tahap 1, berpikir (think) yaitu: guru mengajukan pertanyaan di dalam kartu pembelajaran, yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri.

b. Tahap 2, berpasangan (pair) yaitu: guru meminta siswa berpasangan dan berkelompok sesuai dengan kelompoknya untuk mendiskusikan jawaban pertanyaan yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap inidiharapkan dapat berbagi jawaban apabila telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide.

c. Tahap 3, berbagi (share) yaitu: guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk berbagi, mempresentasikan hasil diskusi ke seluruh kelas. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatanuntuk melaporkan.

Adapun pelaksanaannya, yaitu:

1) Guru memberi apersepsi terlebih dahulu untuk mengajak siswa memasuki materi yang akan diajarkan.
2) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa.
3) Setiap kelompok diberi kartu pembelajaran yang berisi gambar, klasifikasi,pertanyaan dan lembar jawab kartu pembelajaran.
4) Guru menyuruh siswa untuk memikirkan (think) jawaban yang ada di dalamkartu pembelajaran secara mandiri beberapa saat.
5) Kemudian, guru menyuruh siswa untuk berpasang-pasangan (pair) dengansiswa lain sesuai dengan kelompoknya untuk mendiskusikan apa yang telahmereka pikirkan.
6) Setelah itu, guru menyuruh masing-masing kelompok untuk berbagi (share)mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas.

      Pembelajaran TPS dapat memberikan keuntungan baik pada siswakelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama dalammenyelesaikan tugas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswakelompok bawah. Siswa memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang Mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Siswa kelompok atas juga akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutoryang memerlukan pemikiran yang lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yangterdapat pada materi tertentu. Interpersonal dan ketrampilan kelompok kecil yaituguru harus memberikan kesempatan bagi anggota kelompok saling mengenal,menerima dan setiap dukungan lain, berkomunikasi secara akurat danmenyelesaikan perbedaan secara konstruktif (Zakaria 2007). Menurut Zeki(2010) pembelajaran TPS menunjukan bahwa bekerjasama dalam proses aplikasikelompok dan juga antar kelompok memperkaya siswa dalam pembelajaran sain
dan meningkatkan ketrampilan profesional mereka berdasarkan dokumen merekaberbagi pikiran, gagasan, asumsi dan keyakinan, memastikan saling mendukung dengan mengamati praktek satu sama lain dan merasa bahagia ketika mencapai


    Model TPS selain mempunyai keuntungan, juga mempunyai kelemahan.
Kelemahannya adalah: 
(1) model TPS belum banyak diterapkan di sekolah, 
(2)sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaranberlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal,
(3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, 
(4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalahsecara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Trianto).

     Model pembelajaran TPS mengakibatkan bertambah partisipasi siswa dan memahami konsep sama yang terungkap dari beberapa cara berbeda dari tiap individu berbeda. Hasil penelitian Zulfah (2006) tentang penggunaan model Think Pair Share ternyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa pada materi pengolahan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model TPS. Irawati (2009) juga melakukan penelitian
menggunakan model TPS, dan hasil penelitian menunjukan penggunaan model TPS dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan pada siswa pada konsep sistem saraf.

1.       Model Think-Pair–Share
Model Think-Pair–Share atau berfikir, berpasangan, berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model think-pair–share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Model think-pair–share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Frang Lyman seperti dikutip Arends (1997) dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan. Model ini dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Model think-pair-share menggunakan langkah–langkah menurut Trianto (2007), adalah (1) Thinking (Berpikir) yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau masalah tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, (2) Pairing (Berpasangan) yaitu guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau manyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi, (3) Sharing (Berbagi) yaitu guru meminta pasangan–pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan (Arends 1997 dalam Trianto 2007).
Pembelajaran koperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Siswa memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Siswa kelompok atas juga akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor yang memerlukan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide–ide yang terdapat di dalam materi tertentu (Ibrahim 2001).
Think–pair–share termasuk model struktural dalam pembelajaran kooperatif. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan model lainnya, model struktural menekankan pada struktur–strukur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola–pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan dengan maksud menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa di dalam kelas dan para siswa memberi jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru (Nurhadi 2004).

Hasil penelitian Agustini (2005), menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang pembelajarannya menggunakan model think–pair–share. Selain itu, model think–pair–share secara nyata mampu memberikan kontribusi terhadap ketuntasan belajar siswa. Zulfah (2006), penggunaan model think–pair–share dapat maningkatkan kualitas pembelajar siswa pada materi pengelolaan lingkungan. Susanti (2006), penggunaan model think–pair–share dapat meningkatkan hasil belajar kimia pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Widarti (2008), penggunaan model think–pair–share dapat meningkatkan keaktifan siswa dan pemahaman konsep fisika. Fatkhiyani (2007), penggunaan model think–pair–Share dapat meningkatkan hasil belajar kimia pokok bahasan koloid. Laila (2008), penggunaan model think–pair–Share dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika pokok bahasan segitiga. Wendy (2005) as weaknesses with the acknowledgement of the value of think–pair–share in effective literacy Practice in years, the use of the think–pair–share strategy will possibly be extended within our primary schools, as a tool that supports teachers in the push to raise comprehension levels and awareness.


B. Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil. Metode pembelajaran ini dapat diartikan sebagai srategi pembelajaran yang terstruktur. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada siswa lain, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya (Handayani 2007).

Hindarto dan Anwar (2007), menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berproses adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Winarno dalam Hindarto dan Anwar (2007) yang menyimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif di sekolah menengah dan baik diterapkan dalam setiap pembelajaran.

Muslim dalam Putra (2006), untuk mencapai hasil maksimal unsur-unsur pembelajaran kooperatif  harus diterapkan. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a.Siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompok 
    seperti milik mereka sendiri.

b.      Siswa haruslah mengetahui bahwa mereka memiliki tujuan sama.

c.       Siswa berbagi kemampuan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.

d.      Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok mendiskusikan/membahas topik yang sama atau mengerjakan tugas yang sama. Hasil diskusi atau pekerjaan tugas kelompok dibawa dalam diskusi kelas, kemudian dibandingkan satu dengan yang lain untuk disimpulkan bersama. Tugas komplementer berarti masing-masing kelompok mendapat satu topik atau satu tugas yang berbeda dengan topik atau tugas yang diberikan pada kelompok lain. Setiap kelompok dalam diskusi kelas akan mendapat tugas yang berbeda, tetapi masing-masing topik atau tugas itu masih merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan materi pelajaran. Masing-masing kelompok memberikan laporan, sehingga siswa dalam kelompok lain akan memperoleh informasi mengenai bagian materi pelajaran yang tidak langsung mereka hadapi. Bagian-bagian itu dihubungkan satu sama lain dalam pembahasan kelas, sehingga saling melengkapi membentuk satu kesimpulan dari keseluruhan materi yang dipelajari  (Djamarah & Zain 2006). Tugas yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah tugas kelompok komplementer.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan untuk mencapai hal yang maksimal, yaitu sebagai berikut;

a.       Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan pembelajaran.

b.      Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur strategi pembelajaran yang sesuai, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

c.       Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dan sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d.      Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar guru dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

e.       Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Cooperative script merupakan salah satu pembelajaran  kooperatif yaitu siswa dengan strategi belajar ini akan bekerja berpasangan dan secara lisan menerangkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah dalam pembelajaran strategi cooperative script adalah sebagai berikut;

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana atau materi bahan pelajaran dan     lembar diskusi berupa Lembar Diskusi Siswa untuk didiskusikan bersama kelompoknya.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara menjelaskan materi yang telah diterima kepada   pendengar. Sementara pendengar menyimak, mengoreksi dan menanyakan bagian-bagian tertentu yang belum dipahami.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi    pendengar dan sebaliknya, kemudian melakukan kegiatan yang sama seperti di atas.

f. Guru memberikan kesimpulan (Kiranawati 2007).


Pembelajaran kooperatif dengan strategi cooperative script mempunyai keungulan sebagai berikut; 


a. Meningkatkan ketelitian dan kecermatan siswa serta tanggung jawab perseorangan.

b.  Memperdalam pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran

c. Setiap siswa akan mendapat peran masing-masing sehingga mempunyai  kesempatan untuk menjelaskan suatu bagian materi atau bahan pelajaran pada teman satu kelompoknya.

d. Meningkatkan keberanian untuk mengungkapkan kesalahan orang lain secara lisan dan menyampaikan pendapat kepada orang lain. Saling memahami adanya perbedaan individu, karena masing-masing siswa memiliki tingkat ketelitian dan pemahaman yang heterogen (Kiranawati 2007).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Manchine et all. (1998) tentang analisis pembelajaran strategi cooperative script yang telah dilakukan pada kelas pendidikan psikologi menunjukkan bahwa pembelajarannya menjadi efektif dan dapat meningkatkan pembelajaran secara optimal. 

Urdang dalam Ningrum (2008) menyatakan word square is a set of word such that when arrengen one beneath another in the form of a square they read a like horizontally and vertically artinya word square adalah sejumlah kata yang disusun dalam bentuk bujur sangkar yang dapat dibaca secara mendatar dan menurun. Word square adalah sejumlah kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

Word square berisi pertanyaan-pertanyaan penting suatu konsep atau sub konsep. Setelah itu siswa berdiskusi untuk mendapatkan jawaban dan menemukannya pada kotak-kotak word square. Pada akhir pembelajaran, siswa menyimpulkan materi bahasan yang telah didiskusikan dengan demikian siswa memperoleh pengalaman belajar yang berarti. Word square memerlukan pengetahuan dasar dari siswa sehingga sebelumnya siswa harus membaca materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari, dengan demikian siswa akan terlatih atau memanfaatkan buku sumber dan terampil mandiri. Word square merupakan pembelajaran kooperatif yang menuntut kerjasama siswa dalam menemukan kata-kata dalam kotak kata (Yuliani 2004).

Word square memerlukan pengetahuan dari siswa sehingga siswa dilatih untuk membaca materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari, dengan demikian siswa akan dilatih untuk memanfaatkan buku sumber dan terampil belajar mandiri. Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran word square adalah sebagai berikut;

a. menentukan topik sesuai konsep atau sub konsep.

b.menuliskan kembali kata-kata kunci sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

c. membuat kotak-kotak word square.

d. mengisikan kata-kata kunci pada kotak word square.

e. menambahkan huruf pengisian ke kotak kosong secara acak (Yuliani 2004).Saptono (2003),

langkah-langkah menyusun word square adalah:
 

a.  Siswa diarahkan untuk mempelajari topik tertentu yang akan 
   disampaikan.

b.  Siswa disuruh menemukan istilah dalam Word square yang 
   relevan dengan topik yang telah dipelajari.

c. Siswa memberikan penjelasan tentang kata-kata yang ditemukan. Informasi dari siswa tentang kata-kata tersebut sebanyak-banyaknya digali oleh guru.

Strategi word square  mempunyai keunggulan sebagai berikut;

a.       Word square cenderung menggali pengetahuan siswa dalam pembelajaran, karena word square berupa permainan kotak kata yang berisi kumpulan huruf.

b.      Penggunaan word square lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa yang akan menegaskan pemahaman materi siswa.

c.       Membantu siswa membiasakan diri membaca buku pelajaran, karena word square memerlukan pengetahuan dasar dari siswa.

d.      Siswa dapat berlatih kreatif dan terampil belajar mandiri dalam membuat pertanyaan dan memanfaatkan buku sumber (Kiranawati 2007). 
Strategi cooperative script terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok lama dan kelompok baru. 

Pembentukan kelompok lama sebagai tahap penugasaan masing-masing kelompok untuk membahas dan mendiskusikan topik materi yang diterima, sedangkan pembentukan kelompok baru sebagai tahap penularan yaitu masing-masing siswa berperan untuk menerangkan topik materi yang diterimanya dari kelompok lama.

Masing-masing anggota kelompok dari kelompok lama yang berbeda topik materi berdiskusi membahas materi yang ditugaskan untuk kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok dari kelompok lama bertemu membentuk kelompok baru setelah pembahasan dan diskusi kelompok lama tersebut selesai. Pada kelompok baru ini salah satu anggota kelompoknya akan berperan sebagai pembicara seperti seorang guru menjelaskan topik materi yang diterimanya dari kelompok lama kepada teman lainnya yang berperan sebagai pendengar dalam satu kelompoknya, kemudian bertukar peran sampai semua anggota kelompok dalam kelompok baru ini berperan sebagai pembicara dan sebagai pendengar.

Kerangka pelaksanaan pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut;

a.   Tahap Pendahuluan merupakan tahap awal seorang guru sebelum proses pembelajaran dilakukan, yaitu proses pembelajaran dengan metode kooperatif tipe cooperative script meliputi: (1) Review, apersepsi, motivasi; (2) Penjelasan guru kepada siswa tentang tujuan pembelajaran; (3) Pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen; (5) Pembagian materi dan Lembar Diskusi Siswa (LDS) pada masing-masing  kelompok lama.

b.   Tahap Penguasaan merupakan tahap pembekalan materi dimana setiap siswa harus memiliki pemahaman mengenai materi yang diterimanya. Adapun tahapannya meliputi: (1) Siswa dengan topik materi atau soal pada lembar diskusi siswa (LDS) yang sama bergabung dalam kelompok lama dan berusaha menguasai serta memahami topik materi yang diterimanya; (2) Guru memberikan bantuan seperlunya.

c.   Tahap Penularan merupakan tahap dimana setiap siswa harus memiliki kemampuan lebih dalam mengajarkan materi kepada temannya seperti layaknya seorang guru. Adapun tahapannya sebagai berikut: (1) Masing-masing kelompok lama yang sudah menguasai materi membentuk kelompok baru dengan siswa pada kelompok lama lain yang berbeda topik materi; (2) Kelompok baru menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang berbeda topik materi pada kelompok lama; (3) Tiap siswa dalam kelompok yang baru saling bekerjasama memberikan penjelasan dan menerima materi untuk mendapatkan pemahaman. Kegiatan ini dilakukan dengan berperan sebagai pembicara yaitu berperan untuk menjelaskan topik materi yang telah diterimanya dari kelompok lama dan berperan sebagai pendengar menerima penjelasan dari pembicara; (4) bertukar peran sampai semua siswa dalam kelompok tersebut sudah berperan sebagai pembicara dan pendengar; (5) Terjadi diskusi siswa; (6) Guru memonitoring kerja kelompok tersebut.

d.   Tahap Penutup merupakan tahap akhir dari pelaksanaan pembelajaran strategi cooperative script, meliputi: (1) Memberikan soal evaluasi berupa tes formatif; (2) Kesimpulan dari proses pembelajaran (Kiranawati 2007).



C.  Team Game- Tournament

Team Game-Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam pembelajarannya digunakan turnamen akademik, kuis dan skor kemajuan individu, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin 2008).. Komponen-komponen dalam Team Game-Tournament adalah penyajian materi, tim, game, turnamen dan penghargaan kelompok.



a.    Penyajian materi

Dalam TGT, materi mula-mula dalam penyajian materi. Siswa harus memperhatikan selama penyajian kelas karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok.

b.    Tim

Tim dalam TGT terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama kelompok adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar dapat berhasil dalam kuis. Setelah guru menyampaikan materi, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi lain. Seringkali dalam pembelajaran tersebut melibatkan siswa untuk mendiskusikan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi jika teman sekelompok membuat kesalahan. Pada anggota kelompok ditekankan untuk menjadi yang terbaik bagi timnya dan tim melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.

c.    Game

Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi dan pelaksanaan kerja tim. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game berupa sejumlah pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang bersesuaian dengan nomor tersebut. Sebuah aturan penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban

d.   Turnamen

Turnamen merupakan sebuah struktur dimana game berlangsung. Berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan penyajian materi dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil belajar yang lalu memberi kontribusi pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang terbaik.

Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Pembaca memberikan jawaban, kemudian siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya maka penantang kedua boleh menantang. Skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar dan menyimpan kartunya,setelah turnamen satu, siswa pindah meja tergantung pada hasil mereka dalam turnamen satu.

Pemenang satu pada tiap meja ditempatkan ke meja berikutnya yang setingkat lebih tinggi, misal dari 5 ke 6. Pemenang kedua pada meja yang sama, dan yang kalah diturunkan ke meja di bawahnya. Menurut Slavin (2008) secara skematis model pembelajaran TGT untuk turnamen tampak seperti gambar berikut.

            e.     Penghargaan Kelompok

Tim dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok adalah menggunakan ketentuan pada tabel berikut:

Kriteria penentuan penghargaan kelompok




Nilai rata-rata kelompok
Kriteria
≥ 21 poin
Kelompok super (Super Team)
16-20 poin
Kelompok hebat (Great Team)
≤ 15 poin
Kelompok bagus (Good Team)

Diadaptasi dari Ibrahim et al. (2000)

Interpersonal dan keterampilan kelompok kecil yaitu guru harus memberikan kesempatan bagi anggota kelompok saling mengenal, menerima dan setiap dukungan lain, berkomunikasi secara akurat dan menyelesaikan perbedaan secara konstruktif. Zakaria effandi (2007). Menurut Zeki Ahmet (2010) Pembelajaran TGT menunjukkan bahwa bekerja bersama dalam proses aplikasi dalam kelompok dan juga antara kelompok memperkaya siswa dalam pembelajaran sains dan meningkatkan keterampilan profesional mereka berdasarkan dokumentasi mereka berbagi pikiran, gagasan, asumsi, dan keyakinan, memastikan saling mendukung dengan mengamati praktek satu sama lain dan merasa bahagia ketika mereka mencapai sesuatu.



Sumber :Di sadur dari beberapa sumber

Minggu, 08 April 2012

WAKTUMU~ UMURMU


 MERENUNG



 

" Dua nikmat yang banyak manusia tertipu didalamnya, adalah nikmat sehat dan waktu luang ." ( KR Bukhori )


     Waktu adalah ukuran zaman. hari-hari yang kita lewati adalah umur kita, Apabila ia berlalu, maka hilanglah bagian dari hidup kita.

     Masa muda merupakan waktu emas, waktu dimana kita masih memiliki kekuatan, semangat, pikiran yang masih jernih tekad yang kuat, maka seharusnya kita dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya .  sebaliknya jika usia Tua, jasad semakin lemah, beban semakin berat, penyakit sering mampir dan kekuatanpun semakin berkurang..dan kita hanya dapat menyesal.....telah mengabaikan waktu..karena jika semua telah berlalu maka semua tak kan pernah kembali...

     Ada dua kenikmatan yang kita miliki yakni kesehatan badan dan waktu luang, namun kadang kala kita lupa dan mengabaikan 2 keninkmatan tersebut, kita telah menyia-nyiakannya, dan kita akan teringat kembali dikala Sang Kholik menyentil kita, dengan sakit dan kesibukan yang tak bermanfaat
.
     Ya Allah jangan jadikan diri ini manuisa- manusia yang tertipu , manusia yang merugi karena terhipnotis oleh kenikmatan-kenikmatan duniawi , jadikanlah diri ini seorang muslim yang dapat menunaikan kenikmatan-Mu untuk melakukan ketaatan dan meraih kedekatan dan keridhoan-Mu.

    Ya Allah ternyata ku masih saja lalai akan waktu singkat yang Engkau berikan, ku masih sia-siakan waktu pemberian-Mu yang sangat berharga ini.